Jejak Islam dan Perjalanan
Alwashliyah di Kota Tanjungbalai
Oleh : Gustami,S.Sos.I M.M.Pd ( Ketua PD Alwashliyah Kota Tanjungbalai )
Sketsa : Jejak Islam dan Perjalanan Al Washliyah di Kota
Tanjungbalai Merupakan Sejarah Perjalanan dan Perkembangan Islam di Kota
Tanjungbalai serta di Iringi Perjalanan Al Washliyah dalam menopang Pendidikan
dan Dakwah sebagai Upaya Perkembangan Islam Zaman Berzaman. Sketsa Sederhana
ini di tulis dalam rangka Gebyar Hari Lahir Alwashliyah Ke 85 Kota Tanjungbalai.
1.
Kesultanan Asahan
Kesultanan Asahan berdiri tahun 1630 di wilayah yang sekarang
menjadi Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten
Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu, dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Kesultanan ini ditundukkan Belanda pada tahun 1865. Kerajaan ini melebur ke
dalam negara Indonesia pada tahun 1946. Di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Hussein
Syah (1813 – 1854) dan anaknya, Sultan Ahmad Syah, Asahan merupakan kerajaan
yang disegani di daerah antara Serdang dan Siak dan mempunyai pengaruh besar di
Batu Bara, Bilah dan Panai. Di masa inilah terjadi pertembungan antara Belanda,
Inggris dan Aceh di Asahan karena Belanda dan Inggris masing-masing bersaing
untuk meluaskan kekuasaan penjajahan dan perdagangan mereka di pesisir timur
Sumtera sementara Aceh pun berkeras mempertahankan kedaulatannya di Asahan.
Raja Abdul Jalil, Sultan pertama Asahan merupakan putra
Sultan Iskandar Muda. Asahan menjadi bawahan Aceh sampai awal abad ke-19.
Pada tanggal 12 September 1865, kesultanan
Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang
oleh Belanda. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin
oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30
September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan
di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.
Onder
Afdeling Batubara
2.
Onder
Afdeling Asahan
3.
Onder
Afdeling Labuhan Batu
Sultan terakhir Asahan lebih merupakan Kepala
Keluarga dari kerabat kerajaan yang masih ada. Sultan Asahan I, Sultan Abdul
Jalil, adalah putera Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh yang menikah
dengan Siti Ungu Putri Berinai (Siti Unai), puteri Raja Halib (al-Marhum Mankat
di-Jambu), dari Pinangawan.
Penabalan Sultan Abdul jalil sebagai raja
pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah
pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1630. Dalam catatan sejarah, Kerajaan
Asahan pernah diperintah oleh sebelas orang raja, sejak raja pertama Sultan
Abdul Jalil pada tahun 1630 sampai dengan Sultan Syaiboen Abdul Jalil
Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di
Medan dan dimakamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai. Adapun urutan-urutan
Sultan di Asahan tersebut adalah
1.
Sultan
Abdul Jalil Rahmadsyah (1930-.......)
2.
Sultan
Saidisyah (16...-17....)
3.
Sultan
Muhammad Rumsyah (17...-1760)
4.
Sultan
Abdul Jalil II (1960-1965)
5.
Sultan
Dewasyah (1965-1805)
6.
Sultan
Moesasyah (1805-1808)
7.
Sultan
Alisyah (1808-1813)
8.
Sultan
Muhammad Husinsyah (1813-1859)
9.
Sultan
Ahmadsyah (1859-1888)
10.
Sultan
Muhammad Husinsyah II (1888-1915)
11.
Sultan
Syaiboen Abdul Jalil Rahmadsyah III (1933-1980)
12.
Sultan
Kamal Abraham Abdul Jalil (1980-…)
2.
Jejak Islam Di Kota Tanjungbalai
Jejak Islam Di Kota Tanjungbalai tidak terlepas dari perjalanan kerajaan
Islam Kesultanan Asahan dengan salah satu bukti Keberadaan masjid Raya Ahmadsyah ini
berkaitan langsung dengan Kesultanan dan penobatan nama Masjid “Ahmadsyah” jelas
diambil atau dinisbahkan dari nama Sultan Ahmadsyah yang memerintah Kesultanan
Asahan pada tahun 1954.
Masjid
Raya Ahmadsyah ini merupakan masjid tertua yang pernah ada di Tanjung Balai
karena memang sebagaimana
yang disebutkan sebelumnya masjid ini berkaitan langsung dengan
Kesultanan Asahan yang pernah ada di Tanjung Balai. Dalam perkembangan
selanjutnya, baik pada masa ataupun pasca Kesultanan Asahan masjid ini menjadi
pusat pelbagai kegiatan, baik itu yang berkaitan dengan keagamaan, sosial dan
budaya masyarakat Islam di Tanjung Balai. Hal ini jelas menunjukkan kalau
Masjid Raya Ahmadsyah ini memiliki peran signifikan bagi masyarakat Tanjung
Balai,Secara fisikal
masjid ini masih terawat secara baik, walaupun telah ada upaya “peremajaan”
bangunan fisik masjid tersebut. Namun, bukti-bukti historis masjid ini masih
sangat jelas terlihat. Sebagaimana sebelumnya disebutkan Masjid Raya Ahmadsyah
Tanjung Balai memiliki peran signifikan bagi perkembangan Islam di Tanjung
Balai. Sebab, masjid ini selain sebagai saksi sejarah yang paling nyata yang masih tersisa,
di samping yang lainnya mengenai perkembangan dan dinamika
Islam di Tanjung Balai, terutama pada masa Kesultanan Asahan. Termasuk juga di
dalamnya perlawanan masyarakat Tanjung Balai dalam menghadapi para penjajah
karena memang masjid ini juga dijadikan sebagai pusat komunikasi umat Islam
dalam pelbagai aspek kehidupan.
3.
Perjalanan Al Jam’iyatul Washliyah di Kota Tanjungbalai
Sebagai kesultanan yang berada dalam pengaruh kebuadayaan
Islam, maka di Asahan juga berkembang kehidupan keagamaan yang cukup baik.
Bahkan, ada seorang ulama terkenal yang lahir dari Asahan, yaitu Syeikh Abdul
Hamid. Ia lahir tahun 1880 (1298 H), dan wafat pada 18 Februari 1951 (10 Rabiul
Awal 1370 H). Datuk, nenek dan ayahnya berasal dari Talu, Minangkabau. Syekh
Abdul hamid belajar agama di Mekkah, karena itu, ia sangat disegani oleh para
ulama zaman itu.
Dalam perkembangannya, murid-murid Syekh Abdul Hamid inilah
yang kelak mendirikan organisasi Jamiyyatul Washliyyah. Sebuah organisasi yang
berbasis pada aliran sunni dan mazhab Syafi'i. Dalam banyak hal, organisasi ini
memiliki persamaan dengan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang didirikan
oleh para ulama Minangkabau. Adanya banyak persamaan ini, karena memang para
ulama tersebut saling bersahabat baik sejak mereka menuntut ilmu di Mekkah.
Pandangan para tokoh agama ini sangat berbeda dengan paham reformis yang dibawa
oleh para ulama muda Minangkabau, seperti Dr. Haji Abdul Karim Amrullah. Oleh
sebab itu, sering terjadi polemik di antara para pengikut kedua paham yang berbeda
ini.
Di paruh pertama abad ke-20, sekitar tahun 1916, di Asahan
telah berdiri sebuah sekolah yang disebut Madrasah Gubahan Islam . Sebagai direktur pertama, ditunjuk Syekh
Abdul Hamid. Dalam perjalanannya, madrasah Gubahan Islam ini
kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di
Asahan, bahkan termasuk di antara madrasah yang terkenal di Sumatera Utara,
sebanding dengan Madrasah Islam Stabat, Langkat, Madrasah Islam Binjai dan
Madrasah al-Hasaniyah Medan. Di antara ulama terkenal lulusan sekolah Asahan
ini adalah Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis (1908-1972).
Al Jam’iyatul Washliyah yang lahir Pada
30 November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H Di kota Medan, Sumatera Utara.
Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih di kenal dengan sebutan Al Washliyah lahir
ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Belanda dan ummat islam
Indonesia dalam keadaan terpecah belah.
Tahun 1933 Alwashliyah sampai di daerah
Asahan Tanjungbalai,dan telah berdiri pendidikan – pendidikan Madrasah
Alwashliyah dan Pengurus ranting – Ranting Al washliyah, salah satunya Madrasah
Al Washliyah Sei Serindan,Sei Kepayang,Pematang, Teluk Nibung dan Sei Apung
Kebun Kelapa. Cepatnya Al Washliyah Ke Tanjungbalai karena Muhammad Arsyad
Tholib Lubis Yang merupakan pendiri Al Washliyah sering datang ke Kota
Tanjungbalai sembari belajar dan mengajar.
Tokoh Al Washliyah Syekh Ismail Abdul
Wahab adalah ulama dan pejuang islam di kota Tanjungbalai yang merupakan guru
besar di kota Asahan Tanjungbalai waktu itu ( yang meninggal dunia di tembak
Belanda Tujuh kali), merupakan salah satu pengurus Al Washliyah di Tanjungbalai
( Pendiri Perguruan Gubahan Islam )dan di Lanjutkan perjalanan Al Washliyah
oleh tuan Thohir Abdullah sebagai penerus perjuangan Al washliyah pada tahun
1945.
Besarnya pengaruh da’i dan guru serta
ulama Al Washliyah sebagai pembimbing ummat tentunya tidak bisa terlepas dari
perjalanan islam di Kota Tanjungbalai. Al Washliyah berperan aktif mulai tahun
1933 sampai sekarang dalam membangun kemajuan negri ini lewat pendidikannya. Al
washliyah sampai hari ini memiliki 11 satuan pendidikan Madrasah yang terdiri
dari RA sampai Madrasah Aliyah Tentunya sedikit banyak memberikan kontribusi
terhadap perkembangan islam di Kota Kerang tercinta ini.
Kota Tanjungbalai mayoritas Islam dan
mayoritas berwashliyah. Ini dibuktikan banyaknya para ulama dan ustadz saat ini
adalah kader – kader Washliyah. Diantaranya adalah :
H. Ma’ruf ( Ketua MUI ) , H. Sahlan Sitorus ( Ulama Besar
Kota Tanjungbalai ), Dr. H. Thamrin Munthe,M. Hum,( Wali Kota Tanjungbalai ), sejengkal – demi sejengkal
tanah di Kota Tanjungbalai ini adalah Buminya Alwashliyah.
Perjalanan Islam dan Al washliyah suatu
kesatuan yang tiak bisa di pisahkan dari sejarah di kota Kerang Tercinta ini.
Washliyah mengembangkan islam lewat Madrasah dan Da’i nya, menciptakan kader –
kader yang militan,lewat pandu dan gerakan pemuda Alwashliyah untuk menantang
penjajah Belanda dengan pekik Takbir “Allahu Akbar”.
“Dirgahayu
Alwashliyah Ke 85”
Hidup
lah washliyah zaman ber zaman
Foto : Syekh Ismail Abdul
Wahab
Tokoh Alwashliyah yang di
eksekusi Belanda denga tujuh kali tembakan
Foto : Muhammad Thohir
Abdullah ( Tuan Thohir )
Ulama dan Penerus
Alwashliyah Generasi ke II
Dokumen Madrasah Al Washliyah Sei Serindan Asahan Tanjungbalai
Foto : Pengurus Al Washliyah Asahan Dan Tanjungbalai
Dokumen Catatan Madrasah Al Washliyah Asahan Tanjungbalai
Dokumen Catatan Pengurus Cabang Dan Ranting Al Washliyah
Asahan Tanjungbalai
Dokumen Catatan Nama Pengurus Pandu Al Washliyah
Tanjungbalai Asahan
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah
Salah Satu Peninggalan Kesultanan Islam Asahan Di Kota'
Tanjungbalai Asahan
Mushalla Al Washliyah
Salah Satu Bukti Dimana Al Washliyah Kota Tanjungbalai
Dalam Pengembangan Dakwahnya Aktif Zaman Berzaman